Senin, 10 September 2018

Banyak bermunculan startup,diantaranya ada yang bertumbuh namun adapula yang harus menutup layanannya

Keberadaan toko fisik atau jaringan ritel yang sudah mapan seperti alfamart ataupun juga indomart yang sudah bertahun tahun melayani pembelinya secara offline,dengan hadirnya inovasi baru ternyata tidak berjalan sesuai yang diharapkan.Seperti yang dilakukan oleh alfacart yang sebelmnya bernama alfa onli ne yang sudah menerapkan system e-comerce dalam jaringan O2O/online-to-offline.

Alfacart tutup layanan

Dari awal berdiri alfacart mengemban misi untuk menjadi marketplace dengan  jaringan luas yang mencakup seluruh wilayah Indonesia,salah satu strategi yang diterapkanya adalah dengan memanfaat kan lebih dari 10.000 toko fisik alfamart yang tesebar diseluruh Indonesia.

Dengan konsep bisa mengatasi masalah yang dialami e-comerce di Indonesia yakni unbankable people/masyarakat yang belum memiliki rekening tabungandan mahalnya biaya logistik karena indone sia sendiri merupakan Negara kepulauan.

Bahkan alfacart telah meluncurkan konsep baru yaitu alfacart 2.0 dimana akan mengandeng warung,to ko tradisional dan retail offlaine lainnya dalam jaringan O2O,dimana memiliki beberapa tujuan yakni membantu membesarkan UKM Indonesia serta bekerja sama dengan Brand besar,namun upaya terse but dirasa tidak membuahkan hasil sehingga layanan e-comerce ini terpaksa harus menutup layanannya.

Lain lagi ceritanya dengan startup yang menerapkan konsep berdasarkan sharing economy seperti Uber,grab ataupun go-jek seperti yang dilakukan startup china yang menerapkan konsep serupa namun berbeda jasa yang ditawarkannnya.

Startup e umbrella

Startup ini menawarkan jasa penyewaan payung kepada penduduk negeri tirai bambu,namun usaha yang tergolong unik ini justru tengah menuai masalah.Tiga bulan sejak statup ini dirilis dengan investasi senilai USD 1,5 juta telah mengalami kerugian akibat payung payungnya tak dikembalikan konsumen.

Zhao shuping yang merupakan pendiri perusahaan mengatakan bahwa orang orang yang menggunakan layanannya tak mengembalikan payung perusahaan,selama kurun waktu tiga bulan itu 300.000 payung nya Raib dimana ada 11 kota di china yang dirambahnya dengan biaya penyewaan payung selama 30 me nit seharga USD 0,07 atau 19 yuan untuk penyewaan satu unit payung.

Layanan tersebut ditempatkan dilokasi strategis  seperti dekat terminal bus dan stasiun.sedangkan untuk menyewanya diperlukan aplikasi  yang akan memberikan kode,kode tersebut digunakan untuk me mbuka kunci di payung agar bisa terbuka.

Meski diawal berdirinya Shuping mengalami kerugian namun ia tak menyerah.Ia akan menganti payung senilai USD 8,82 setiap payungya,dan bahkan e umbrella berniat menambahkan jumlahnya menjadi 30 juta payung hingga akhir 2017 ini.

Kita lihat saja kedepannya apakah jasa penyewaan payung yang menggunakan teknologi dapat berjalan atau bahkan mengalami nasib yang sama dengan alfacart.Karena bukan Cuma inovasi yang diperlukan tetapi juga strategi dan juga bagaimana pasar menerimanya mungkin juga factor keberuntungan.

Artikel Terkait

Banyak bermunculan startup,diantaranya ada yang bertumbuh namun adapula yang harus menutup layanannya
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Silakan Tambahkan Komentar Anda